Tokoh legendaris drama gong Bali. Pria kelahiran Bangli, 1 September 1949 ini mulai merintis karirnya di dunia seni lawak

Tokoh legendaris drama gong Bali. Pria kelahiran Bangli, 1 September 1949 ini mulai merintis karirnya di dunia seni lawak

Peristiwa146 Dilihat

Bali, Surya indonesia.net – I Nyoman Subrata (76 th) atau yang akrab dengan nama panggung “Petruk” merupakan salah satu tokoh legendaris drama gong Bali. Pria kelahiran Bangli, 1 September 1949 ini mulai merintis karirnya di dunia seni lawak khususnya drama gong pada tahun 1975.

Nyoman Subrata pernah beberapa kali menjuarai kompetisi lawak. Salah satunya ia pernah menjadi juara umum lawak se-Bali pada tahun 1983. Walaupun tidak sesering dulu, suami dari Ni Nyoman Sudiati ini masih tetap aktif menghibur masyarakat dalam beberapa acara di berbagai daerah.

Selama menjadi ikon drama gong, nama Petruk tidak bisa dilepaskan dari teman duetnya yaitu Dolar (I Wayan Tarma). Berawal dari sebuah pertunjukan yang mempertemukan mereka, akhirnyanya pada tahun 1979 mereka memutuskan untuk menjadi pasangan duet.

Dengan menjadi pasangan duet, mereka berdua berhasil merajai seni pertunjukan drama gong Bali dan menempatkan diri sebagai dua tokoh penting yang mampu membawa drama gong mencapai puncak kesuksesan di era 80 sampai 90an. Dalam setiap aksi panggungnya, ia selalu berusaha menyelipkan pesan-pesan moral dan informasi bagi para penikmat drama gong.

Namun pada tahun 2002 Petruk-Dolar memutuskan untuk mengakhiri duet yang telah mereka jalani selama kurang lebih 20 tahun. Meski begitu, kenangan akan kebersamaan mereka tetap terpatri di hati penggemar. Dolar meninggal dunia pada Juli 2016, meninggalkan duka sekaligus warisan besar dalam kesenian Bali.

Dalam sebuah wawancara, Petruk mengungkapkan alasannya memutuskan untuk berpisah dengan Dolar dikarenakan oleh kesalahpahaman dan mulai adanya perbedaan pendapat serta pandangan antarkeduanya. Hal tersebut menyebabkan keduanya lebih memilih menjalani karirnya masing-masing.

Selama menekuni kesenian, Petruk tak hanya ngaturang ngayah di Bali saja. Kiprahnya hingga ke luar Bali seperti Lombok, Jakarta, Bogor, Palu, Palembang, Bontang (Kaltim), dan Pontianak. Hal ini membuktikan eksistensi Petruk sebagai legenda drama gong.

( ags )