Bali, Surya Indonesia. Net – Sebuah unggahan di Instagram melalui akun @wakandatalks7 mendadak meledak di Threads dan memicu kehebohan publik. Foto yang menampilkan tebing di sisi Kelingking Beach, Nusa Penida, terlihat sudah dikeruk dan dipromosikan sebagai peluang investasi. Banyak yang awalnya menduga gambar tersebut hanyalah rekayasa AI. Namun pengecekan melalui Google Earth justru menguatkany dugaan: pengerukan dan penataan lahan benar-benar telah terjadi.
Lokasi pengerukan berada di bibir tebing ikonik Kelingking, salah satu lanskap paling terkenal di Indonesia—bahkan dunia. Jika benar akan didirikan resort atau bangunan komersial, maka pemandangannya akan mengarah langsung ke landmark utama Kelingking. Namun di balik tawaran “pemandangan mahal” itu, ada potensi kerusakan alam yang tak bisa ditebus oleh uang sebesar apa pun.
Hingga kini belum ada kejelasan soal izin lengkap dari proyek tersebut. Tapi satu hal jelas: pembangunan di kawasan tebing, zona rawan longsor, dan area yang masuk sempadan pantai adalah wilayah dengan regulasi ketat. Jika pengerukan dilakukan tanpa izin, atau melanggar aturan tata ruang, maka ancaman pidana sudah menunggu.
Potensi Pelanggaran dan Ancaman Pidana
1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pidana maksimal 3 tahun penjara
Denda hingga Rp500 juta
Berlaku untuk setiap orang atau korporasi yang melakukan7 pemanfaatan ruang tanpa izin atau tidak sesuai peruntukan.
2. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan6 dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jika pengerukan dilakukan tanpa AMDAL/UKL-UPL, ancaman pidana: 3–10 tahun penjara
Denda Rp3 miliar–Rp10 miliar
3. Pelanggaran Kawasan Lindung Geologi dan Sempadan Pantai6
Tebing curam, rawan longsor, dan area sempadan pantai termasuk zona yang dilarang untuk pembangunan berat.
Pelanggaran dapat dikenakan sanksi:
Penghentian total kegiatan
Pencabutan izin
Pidana tambahan jika terbukti mengakibatkan kerusakan lingkungan.
4. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Mengatur larangan pembangunan di zona rawan bencana. Pelanggaran dapat dijerat pidana dan denda6 administratif.
Mengapa Masalah Ini Sangat6 Serius?
Di balik slogan manis yang sering dijual—“investasi”, “peluang pariwisata”, “pemberdayaan ekonomi lokal”—ada bahaya besar yang mengancam:
Kerusakan ekosistem tebing yang terbentuk ribuan tahun
Risiko longsor, apalagi jika struktur berat dipaksakan berdiri di tanah karst tepi jurang
Kehilangan identitas alam Kelingking, ikon yang membuat Bali—terutama Nusa Penida—menjadi destinasi dunia
Transformasi lanskap alam menjadi deretan bangunan dan beton
Ketimpangan ekonomi, keuntungan hanya dinikmati segelintir pihak
Kelingking adalah mahakarya alam, bukan halaman belakang investasi swasta. Ia bukan hanya aset pariwisata, tetapi simbol alam Indonesia yang menggema di seluruh dunia.
Pertanyaan Besarnya:
Apakah kita rela melihaty keajaiban alam yang terbentuk ribuan tahun berubah menjadi resort di tepi jurang hanya demi profit segelintir orang?
Jika hari ini kita hanya menonton,
maka besok tebing Kelingking mungkin hanya tinggal memori—
tersisa dalam foto lama,
digantikan beton mahal yang kehilangan jiwa alamnya.
( red)





















