Suryaindonesia.net || Surabaya – Suasana dini hari Senin (25/8/2025) mendadak mencekam di kawasan Jalan Pemuda, Surabaya, tepat di depan Gedung Negara Grahadi. Posko Aksi Rakyat Jawa Timur Menggugat gerakan No Viral No Justice yang dipimpin oleh Cak Sholeh. Yang baru berdiri sebagai pusat koordinasi aksi akbar 3 September mendatang, digedor sejumlah orang tak dikenal. Peristiwa itu berujung pada hilangnya sejumlah barang donasi, terop yang dirusak, serta kotak uang donasi yang dipecah dan diambil isinya.
Menurut keterangan koordinator lapangan, Musfik, kejadian itu pertama kali diketahui relawan saat melakukan pengecekan rutin sekitar pukul 02.30 WIB. “Kami kaget mendapati posko sudah berantakan, kotak donasi pecah, sebagian barang bantuan untuk aksi hilang. Ini jelas bukan kejadian biasa, ada indikasi upaya mengganggu gerakan rakyat,” ujarnya dengan nada kecewa.
Peristiwa itu memicu tanda tanya besar di kalangan relawan maupun simpatisan. Aksi Rakyat Jatim Menggugat yang selama ini digadang sebagai gerakan murni masyarakat untuk menyuarakan perubahan, justru mendapatkan teror berupa perusakan dan perampokan. “Ada apa dan siapa di balik perusakan ini? Kenapa posko rakyat yang hanya menyampaikan aspirasi harus diperlakukan seperti ini?” tambah Musfik.
Selain merusak sarana dan prasarana posko, pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut juga menggasak sejumlah perlengkapan logistik. Terop yang sudah berdiri dirusak sebagian, membuat suasana posko tak lagi tertata rapi. Sementara itu, relawan mendata kerugian mencapai jutaan rupiah dari hilangnya uang donasi maupun barang yang dicuri.
Hingga kini, relawan masih berkoordinasi untuk melaporkan kejadian tersebut kepada aparat kepolisian setempat. Mereka berharap pihak berwenang segera mengusut tuntas siapa dalang di balik insiden ini, agar aksi yang akan digelar pada 3 September 2025 tetap berjalan aman dan tertib.
Di sisi lain, simpati masyarakat mulai mengalir setelah kabar perusakan posko tersebar. Beberapa tokoh masyarakat menilai tindakan semacam itu merupakan bentuk intimidasi terhadap suara rakyat. “Aksi rakyat adalah hak demokratis. Jika posko saja diganggu, bagaimana dengan aksi nanti?” ungkap seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Meski diterpa kejadian tidak menyenangkan, para relawan menegaskan bahwa aksi tetap akan digelar sesuai rencana. “Kami tidak akan mundur sedikit pun. Justru ini semakin menguatkan tekad kami untuk menyuarakan aspirasi rakyat Jawa Timur demi perubahan yang lebih baik,” tegas Musfik.