Jakarta , Surya Indonesia.net – 8 Juni kemarin merupakan hari lahir dari Jenderal Besar TNI (Purn) H.M. Soeharto, Presiden RI Ke-2. Bagi saya beliau merupakan sosok pekerja keras, sangat disiplin dan teliti.
Ciri khas beliau lainnya adalah memiliki tulisan yang sangat rapi, daya ingat yang kuat, photographic memory dalam istilah Bahasa Inggris. Beliau juga sangat menguasai angka-angka.
Satu malam sebelum Batalyon 328 yang saya pimpin mendapat perintah untuk menjalankan operasi di Timor Timur berangkat, saya dipanggil oleh Pak Harto ke kediamannya di Cendana.
Saya pun menceritakan kepada perwira-perwira saya, bahwa saya dipanggil Presiden, dan mereka pun bergembira. Karena sebuah tradisi di kami, kalau dipanggil Panglima Tertinggi sebelum menjalankan tugas, akan diberi sangu, bekal.
Saya sampai di Cendana sebelum pukul 20.30 WIB. Setelah beliau lalu bertanya apakah benar saya besok akan pergi untuk menjalankan operasi. Saya pun membenarkan.
Kemudian Pak Harto berkata,
Saya hanya titip tiga hal kepada kamu, Bowo. Ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyo. Paham, mengerti!” pesan beliau.
Setelah saya menyatakan siap, Pak Harto lantas memegang kepala saya, seperti biasa dia lakukan terhadap anak, cucu dan orang yang disayanginya, seraya mempersilakan saya berangkat.
Selintas saya juga kaget dan kecewa sebelumnya. Karena bukannya diberi sangu, ternyata hanya dibekali tiga nasihat.
Namun setelah saya renungkan dalam perjalanan satu jam kembali dari Cendana ke Cilodong, bahwa tiga nasihat tersebut berasal dari seorang Panglima yang tumbuh dan besar dalam operasi pertempuran.
Seorang Panglima dengan segudang pengalaman tempur memberikan wejangan ojo lali ojo dumeh, ojo ngoyo. Tentu itu merupakan pelajaran yang sangat berharga. Apalagi setelah saya artikan, maknanya juga sangat mendalam.
Ojo lali, berarti jangan lupa terhadap semua pelajaran yang engkau terima. Pelajaran dari orang tua, pelajaran agama, pelajaran sekolah dasar, sampai pelajaran militer yang engkau terima.
Kedua ojo dumeh, jangan sombong. Orang yang sombong biasanya meremehkan musuh, biasanya lengah, biasanya tidak teliti karena dia terlalu percaya diri.
Ketiga, ojo ngoyo. Jangan memaksakan diri. Jangan memaksakan anak buah. Ada kemampuan. Tapi juga ada batas kemampuan. Kita tidak boleh bernafsu dalam melaksanakan operasi militer.
Mengingat pentingnya ajaran tersebut, tiga wejangan Pak Harto itu kami tulis di atas peta di posko setiap melaksanakan operasi militer. Ini menjadi tradisi di Batalyon 328.
Alhamdulillah dalam operasi, Batalyon 328 mendapat hasil yang sangat baik dan mendapat penghargaan dari Panglima Operasi.
Penghargaan tersebut antara lain hampir 1 Kompi dari 1 Batalyon mendapat kenaikan pangkat luar biasa berupa sekolah berjenjang tanpa tes Secapa dan Secaba. ( Agung )