Denpasar, Surya Indonesia.net – Simakrama yang dilaksanakan di Grand Mirah Denpasar dengan Pasikian Yowana guna menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif saat pawai ogoh-ogoh pada rangkaian perayaan hari raya Nyepi 2025 (26/2/2025).
Kegiatan yang dihadiri oleh Ketua Pasikian Yowana Prov. Bali I Dewa Agung Lesmana, Ketua Pasikian Pecalang Prov. Bali I Made Mudra dan Pengurus Pasikian Yowana Kab/Kota se-Bali ini bertujuan untuk menjalin sinergitas bersama Polri.
Dalam sambutannya Kasubdit 3 Ditintelkam Polda Bali AKBP Muhamad Ali, SH. menyampaikan, Desa Adat di Bali yang akan melaksanakan rangkaian hari raya Nyepi sebanyak 1.500 Desa Adat sesuai dengan dresta/kebiasaan masing-masing. Yang unik adalah rangkaian Nyepi tahun ini bersamaan dengan Bulan Suci Ramadhan, sehingga dibutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak agar berjalan dengan aman dan lancar.
Saat Pangerupukan terjadi mobilisasi secara besar-besaran yang menyaksikan ogoh-ogoh serta tingginya euforia pemuda yang melaksanakan pawai ogoh-ogoh.
Permasalahan saat pawai ogoh-ogoh cenderung dipicu oleh dua faktor yaitu internal egoisme kelompok, pengaruh miras, adu gengsi dan dendam lama. Dan ada faktor eksternal seperti ogoh-ogoh melewati tapal batas dan provokasi untuk membangkitkan permasalahan yang pernah ada.
Pada pertemuan ini juga disampaikan kerawanan pada saat pelaksanaan pawai ogoh-ogoh yaitu bentrok antar pemuda yang diakibatkan faktor miras, persaingan egoisme, dendam lama antar kelompok pemuda.
Moment pawai ogoh-ogoh berpotensi memicu perselisihan masyarakat akibat adanya faktor permasalahan internal Desa yang belum terselesaikan. Pawai ogoh-ogoh yang melewati obyek sengketa tapal batas berpotensi memicu konflik antar Desa Adat. Provokasi berkaitan dengan ogoh-ogoh untuk menciptakan keresahan masyarakat secara luas.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu saat pengerupukan hari raya Nyepi yang bersamaan dengan kegiatan umat Muslim dalam bulan Puasa sehingga diperlukan koordinasi dengan baik. Apabila tidak ada kesepakatan bersama seperti saat pengunaan sound sistem yang tidak terkontrol sehingga berpotensi memicu permasalahan.
Ketua Pasikian Yowana I Dewa Agung Laksmana yang menekankan bahwa ogoh-ogoh bukan sebatas sebagai kebudayaan tetapi adalah sarana upacara dalam melebur Buta Kala. Harus dilaksanakan sesuai dengan kaidahnya tidak boleh berupa selain Butha kala. Polemik sound sistem kita serahkan kepada daerah sesuai dengan Desa Mawicara dan agar dibuatkan kesepakatan bersama. Saat pawai Ogoh-ogoh terjadi mobilisasi masyarakat secara besar-besaran sehingga perlu di antisipasi faktor kerawanan yang dapat memicu gangguan kamtibmas.
“Solusi pawai ogoh-ogoh akan kita atur, harus di wilayah Desa Adat, sistem pengamanan bersinergi dengan Desa Adat serta setiap ogoh-ogoh harus ada penanggung jawab, yang paling penting ditekankan adalah komunikasi dengan Pecalang, Prajuru Desa Adat Babinkamtibmas di Desa adat masing-masing terkait keamanan pawai ogoh-ogoh.” tutup Ketua Pasikian Yowana.
Ketua Pasikian Pecalang Provinsi Bali I Made mudra juga menyuarakan pendapatnya pada acara simakrama ini, dikatakan bahwa situasi pengaruh alkohol dalam mengarak ogoh-ogoh tidak akan dapat dikontrol sehingga mohon disosialisasikan kepada seluruh Yowana.
Pecalang sebagai garda terdepan pengamanan di tingkat Desa akan melaksanakan sinergitas dengan Yowana. “Mari kita jadikan ogoh-ogoh sebagai hajatan adat, jangan di campur dengan hal-hal lainnya. Serta antisipasi pengaruh di sosial media itu sangat penting. Keamanan saat Pawai ogoh-ogoh merupakan tanggung jawab kita bersama.” Tegasnya.
Pasikian Yowana diharapkan dapat memaksimalkan sosialisasi untuk mereduksi segala potensi gangguan keamanan saat pawai ogoh-ogoh, seperti meminimalisir konsumsi miras menjelang dan pada saat pawai ogoh-ogoh, meningkatkan komitmen antar kelompok pemuda untuk menjaga situasi kondusif, meminimalisir tindakan-tindakan yang dapat memicu gesekan antar kelompok pemuda.
Dan tidak melaksanakan pawai ogoh-ogoh di obyek sengketa tapal batas. Bersinergi dengan Perangkat Desa Adat, Pecalang, Babinkamtibmas dan Babinsa untuk melaksanakan pengawasan bersama dalam pengamanan pelaksanaan pawai ogoh-ogoh.
Pada akhir acara simakrama Kasubdit 3 Ditintelkam Polda Bali AKBP Muhamad Ali, SH. berpesan “Apabila terjadi suatu gejolak segera melaporkan untuk penangangan lebih lanjut. Bersinergi dengan Desa Adat ataupun Pemerintah Daerah terkait kesepakatan bersama maupun pengaturan terkait pengunaan sound sistem saat pawai ogoh-ogoh”. Tutupnya.
( Ags )