Malang | suryaindonesia.net || – Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Sumawe) Kabupaten Malang dikenal dengan potensi tebu dan kopi yang cukup signifikan.
Hasil pertanian diwilayah tersebut dipromosikan lewat motif batik. Pasalnya, batik tidak hanya menjadi karya seni, tetapi juga sebagai alat pemberdayaan sosial dan ekonomi.
Nurul Mufidah, seorang pengrajin batik Tirto Makmur Desa Argotirto Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang menjelaskan,motif batik mencerminkan suatu wilayah karena letak geografis, budaya dan kondisi kehidupan masyarakat setempat.
“Untuk batik khas Sumbermanjing Wetan (Sumawe) kami desain dengan motif hasil bumi seperti kopi pecah lima, kopi dompol dan tebu.Motif ini menggabarkan wilayah Kecamatan Sumawe selama ini dikenal sebagai wilayah potensi tanaman tebu dan kopi”, ungkap Nurul Senin (22/9/2025).
Ada lima jenis batik yang diproduksi oleh wanita yang akrab disapa Nunuk ini,seperti batik tulis, batik cap, ekoprin, ciprat, shibori dan Garudeya, menjadi ikon batik Kabupaten Malang.
Saat ini, Nunuk tengah mengerjakan batik Garudiya untuk seragam guru se-Kecamatan Sumawe. Dalam hal ini, dia sangat berterimakasih kepada semua dewan guru
terutama Kepala Sekolah yang mempercayai produk batik Tirto Makmur sebagai pakaian seragam.
“Ucapan terimakasih kami juga kepada Pak Pamuji selaku Korwil Dispendik Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang telah mengenakan batik produksi Tirto Makmur”, imbuhnya.
Kini, batik yang ia produksi sejak tahun 2009 itu telah dikenal di dunia fashion,mulai dari Malang, Jakarta,Papua, Kalimantan bahkan sampai London (Belanda).
“Saat ini ciri khas batik Sumawe telah dikenal. Bahkan pernah ada pesanan dari warga asal Wajak untuk keluarganya yang ada di London”, ucap Nunuk dengan nada semangat. (kw/hm/dk)