Haidar Alwi: Jangan Biarkan Keserakahan Menggerogoti Martabat Bangsa dan Menyengsarakan Rakyat

Politik, Sosial6 Dilihat

JAKARTA, SURYA INDONESIA, – Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menegaskan bahwa keserakahan bukan sekadar kelemahan moral pribadi, tetapi juga bom waktu yang dapat menghancurkan sendi-sendi negara.

Ia mengingatkan, keserakahan adalah racun yang bekerja perlahan, meruntuhkan martabat individu, merobek persatuan, dan menjatuhkan kehormatan bangsa di mata dunia.

“Keserakahan itu seperti api yang merambat dari dalam, diam-diam membakar hingga habis tanpa tersisa,” kata Haidar Alwi.

Menurutnya, penyakit ini tidak hanya merusak kepercayaan sosial, tetapi juga melemahkan posisi tawar Indonesia di kancah internasional.

Dalam persaingan global yang semakin ketat, keserakahan di dalam negeri adalah titik lemah yang dapat dimanfaatkan pihak luar untuk mengendalikan atau mempengaruhi kebijakan nasional.

Peringatan yang Tak Pernah Kadaluarsa

Mengutip pesan Ali bin Abi Thalib, Haidar Alwi menyampaikan, “Orang yang hanya berpikir bagi kepentingan perutnya saja, maka harga dirinya serupa dengan apa yang keluar dari isi perutnya.”

Bagi Haidar Alwi, ini adalah peringatan keras yang tetap relevan meskipun berusia lebih dari seribu tahun. Ia melihat gejalanya jelas di Indonesia hari ini, dari korupsi mega-proyek, penyalahgunaan jabatan, hingga monopoli usaha yang menekan rakyat kecil.

“Begitu keserakahan menguasai pikiran, prinsip akan dikorbankan, dan kebijakan yang diambil tidak lagi berpihak pada kepentingan umum,” jelas Haidar Alwi.

Ia menegaskan, sejarah membuktikan bahwa banyak bangsa runtuh bukan karena invasi militer, melainkan karena rapuhnya moral pemimpin dan rakyat akibat keserakahan. Karena itu, pengendalian diri dan kesadaran moral bukanlah pilihan, tetapi keharusan.

Pejabat yang Serakah Adalah Beban dan Ancaman bagi Masa Depan Bangsa

Haidar Alwi menegaskan, pejabat publik yang terjebak dalam keserakahan ibarat batu besar yang menghambat laju kemajuan bangsa. Mereka sudah memperoleh gaji, fasilitas, dan kehormatan dari jabatan yang diemban, namun masih mencari celah memperkaya diri melalui kebijakan yang merugikan rakyat.

Praktik semacam ini bukan hanya mencederai amanah, tetapi juga menggerus kepercayaan publik yang menjadi modal utama pembangunan.

Ia menilai, perilaku seperti ini menjadi benih krisis yang merembes diam-diam ke berbagai sektor, mulai dari ekonomi, politik, hingga keamanan.

Jika pejabat hanya memikirkan keuntungan pribadi, maka kebijakan yang lahir akan menyimpang dari semangat pelayanan publik.

Akibatnya, proyek strategis bisa berubah menjadi ladang korupsi, sumber daya alam disalahgunakan, dan rakyat menanggung kerugian jangka panjang.

Dalam pandangan Haidar Alwi, pejabat yang serakah tidak hanya menjadi beban, tetapi juga ancaman nyata bagi masa depan bangsa.

Ia mengibaratkan, satu tindakan serakah dari orang yang berkuasa bisa merusak pondasi keadilan, mengganggu kestabilan ekonomi, bahkan memperburuk citra Indonesia di mata dunia.

Kepada Presiden Prabowo Subianto, Haidar Alwi menyampaikan harapan agar pengawasan terhadap jajaran pembantu dan pejabat strategis dilakukan dengan lebih teliti, cermat, dan berkesinambungan.

“Seorang presiden yang memiliki pandangan jauh ke depan tentu akan memastikan bahwa orang-orang di sekelilingnya adalah mereka yang bersih, jujur, dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya,” ucapnya.

Haidar Alwi percaya, langkah bijak yang diambil secara tegas akan mengirimkan pesan moral yang kuat, tidak hanya kepada para pejabat, tetapi juga kepada seluruh rakyat Indonesia.

“Pemimpin yang mampu menempatkan integritas di atas kepentingan pribadi akan menjadi teladan yang memperkuat persatuan nasional,” tambahnya.

Bangsa Tegak Karena Hati yang Kuat, Bukan Nafsu yang Berat

Haidar Alwi menilai, banyak masalah nasional berakar pada lemahnya hati dalam menghadapi godaan kekuasaan dan materi.

Perebutan jabatan strategis, proyek besar, dan sumber daya alam sering diwarnai praktik kotor yang lahir dari keserakahan. Dampaknya, kepentingan rakyat dikorbankan demi ambisi segelintir orang.

Haidar Alwi menegaskan, Indonesia hanya akan dihormati dunia jika dipimpin oleh orang-orang yang tegak karena kekuatan hati, bukan membungkuk karena nafsu.

“Bangsa yang pemimpinnya kuat hati akan tahan terhadap intervensi asing. Bangsa yang dikuasai keserakahan akan mudah dipermainkan bahkan oleh negara yang lebih kecil,” jelasnya.

Haidar Alwi mengajak seluruh elemen bangsa untuk membangun ketahanan moral nasional. Ia menawarkan langkah konkret:

1. Memperkuat pendidikan karakter sejak dini, agar generasi muda tumbuh dengan kesadaran bahwa kejujuran adalah fondasi kehidupan.

2. Memperketat sistem rekrutmen dan pengawasan pejabat, dengan menekankan integritas sebagai syarat utama.

3. Mendorong transparansi dan akuntabilitas, baik di pemerintahan maupun sektor swasta, agar publik memiliki akses untuk mengawasi kebijakan.

4. Menghidupkan budaya gotong royong yang menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

“Bangsa ini akan berdiri kokoh jika pemimpinnya berani menegakkan kebenaran dan rakyatnya berani menjaga kejujuran. Kekuatan hati harus menjadi dasar keputusan, karena dari situlah wibawa bangsa terjaga,” pungkas Haidar Alwi. (SHE)