DJOKO SUKMONO: KORAH-KORAH

Politik7 Dilihat

Opini:

 

KORAH-KORAH

Djoko Sukmono

– Regulasi Selalu tidak Terhubung dengan Kondisi Obyektif

 

Kesadaran kolektif telah menjadi penumpukan sampah dan kekotoran kesadaran ini perlu dibersihkan. Sehingga Virus dan kuman yang telah berkembang biak pada kesadaran kolektif tidak berubah menjadi pandemi pola pikir yang keliru.

Pola berpikir tidak terikat oleh waktu,
Pola pikir itu sama dan sebangun dengan Era.

Tidak ada stigmanisasi terhadapnya,
yang terjadi pada sebuah Era adalah Paradigma.

Agen-agen perubahan itu belum menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah Agen Dogma. Dogma itu adalah pandemi pikiran.

Stratifikasi sosial telah terdekonstruksi oleh paradigma baru sedangkan yang baru adalah konstruksi yang Lebih kokoh dari yang lama.

Yang Baru itu bernama free generations.
Keberadaannya adalah respon terhadap yang saat ini dianggap Paradox.

Situasi ini bernama situasi Yang Kronis.
Inilah lingkaran setan Sosial Politik. Dan hal yang sederhana itu mengakibatkan kesemrawutan konseptual.

Situasi Batas Sosial politik telah mengakibatkan stagnasi sosial politik. Dan kondisi seperti ini tidak bisa dibatasi lagi
bahkan Dekrit pun tidak bisa mengatasinya.
Dan bahkan akan berakibat kepada Situasi yang semakin rumit pelik dan berbelit-belit

Tidak hanya KKN. Tidak hanya ketidakadilan saja sebagai akar permasalahannya, melainkan penumpukan dendam sosial. Dan borok Politik yang sudah memasuki stadium terminal.

Bersiaplah menyambut kedatangan Situasu Sosial Politik Kronik yang mengerikan. Miris!

Situasi batas sosial politik di Indonesia sudah memasuki situasi kronil, sudah sampai kepada yang bernama lingkaran setan Sosial Politik.

Tidak ada keputusan apapun yang bisa mengeluarkan dari lingkaran setan yang telah menjeratnya.

Keputusan apapun, apakah itu Dekrit maupun Referendum tidak akan bisa, karena keputusan tersebut berasal dari situasi kronik dan tetap Saja menghasilkan uang Lebih Kronik lagi.

Untuk aufklarung tidaklah mungkin, dikarenakan pencerahan model abad pertengahan di Eropa itu memiliki permasalahan yang berbeda dengan di Indonesia.

Indonesia memiliki situasi yang bernama lengkap, “Kesemrawutan konseptual”. Kecelakaan yang terjadi adalah kejahatan sejarah, kekeliruan cara berfikir, dan lingkungan yang masih biadab. ***)

Posted: suryaindonesia.net
Surabaya, 5 Agustus 2025

Djoko Sukmono, Filsuf dan penulis