Breaking News

Tradisi Srawung Suro di Patirtaan Ngawonggo: Mahasiswa UMM dan Warga Berpadu dalam Ruang Perenungan Budaya Jawa

Selasa, 1 Juli 2025 - 10:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

MALANG, SURYA INDONESIA,  — Menyambut datangnya bulan Suro dalam penanggalan Jawa, suasana khidmat dan hangat terasa di Situs Patirtaan Ngawonggo, Kabupaten Malang.

Di tengah lingkungan sakral dan penuh makna sejarah itu, digelar acara Srawung Suro, kolaborasi antara warga setempat dengan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui kelompok praktikum Public Relations 3 yang tergabung dalam Arture.(28/6/2025)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berbeda dari gelaran budaya sebelumnya yang penuh semarak, Srawung Suro tampil sebagai ruang refleksi dan spiritualitas.

Warga dari lingkungan sekitar datang membawa encek, wadah makanan berisi lauk-pauk rumahan yang kemudian ditukar satu sama lain.

Sebelum prosesi tersebut, acara diawali dengan pembacaan doa bersama—secara adat dan Islam—sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan berkah di awal tahun baru Jawa.

Cak Yasin, selaku Kepala Pengelola Situs Patirtaan Ngawonggo, menyampaikan bahwa tradisi suroan memang rutin digelar setiap tahun di kawasan tersebut.

Ia menekankan bahwa nilai utama dari Suro bukan sekadar seremonial, melainkan pengingat untuk menyucikan diri dan kembali pada nilai-nilai kebatinan.

“Di sini, suroan bukan hanya kebiasaan tahunan. Ini momen untuk meneng, eling, dan ngresiki ati. Lewat bertukar encek, kita mengekspresikan rasa syukur bisa dipertemukan lagi dengan tahun baru,” jelasnya.

Ciri khas lain dari acara ini adalah kehadiran kuliner tradisional jenang suro, makanan yang hanya dibuat saat bulan Suro.

Dibuat dari beras dan polo pendem (umbi-umbian), jenang ini disajikan bersama irisan telur, serundeng, cambah, teri, dan kacang mete.

Menurut Cak Yasin, makanan ini menyimbolkan harapan untuk hidup bersih dan membumi.

“Jenang suro itu bukan sekadar makanan—ia lambang kesucian. Sederhana bahannya, tapi penuh makna. Di bulan suci ini, kita juga diajak hidup sederhana dan bersih, lahir maupun batin,” tambahnya.

Dalam budaya Jawa, bulan Suro dianggap sakral. Oleh karena itu, masyarakat setempat masih menjaga nilai-nilai tradisi dengan tidak menggelar hajatan besar seperti pernikahan atau pembangunan rumah.

Hal ini memperkuat kesan bahwa Suro adalah waktu untuk berhenti sejenak, merenung, dan memperbaiki niat.

Keunikan dari Srawung Suro tahun ini adalah kehadiran peserta dari event budaya SWARGO yang sebelumnya digelar oleh Arture di tempat yang sama.

Srawung Suro menjadi jembatan lanjutan dari euforia perayaan ke ruang yang lebih hening dan mendalam. Jika SWARGO menyuguhkan nuansa kampung Jawa masa lalu secara visual dan interaktif, maka Srawung Suro melengkapinya dengan
nilai-nilai spiritual.

Rizky, selaku Project Manager event SWARGO, menyatakan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam dua rangkaian kegiatan ini menjadi bukti bahwa generasi muda bisa aktif dalam pelestarian budaya secara menyeluruh.

“Kami belajar bahwa pelestarian budaya bukan cuma soal perayaan. Ada sisi perenungan yang tidak kalah penting. Lewat Srawung Suro, kami ingin tunjukkan bahwa anak muda juga bisa menjaga dan meneruskan tradisi, dengan cara yang relevan,” ujar Rizky.

Kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat ini memperlihatkan bahwa pelestarian budaya tak hanya bergantung pada pelaku adat, namun juga bisa dijalankan lintas generasi.

Mahasiswa hadir tak sekadar sebagai penyelenggara, melainkan sebagai penggerak yang menghidupkan kembali akar tradisi lewat pendekatan yang bermakna. Srawung Suro 2025 bukan hanya acara budaya, tetapi ruang refleksi bersama.

Ia mengingatkan bahwa warisan budaya tak hanya untuk dikenang atau dirayakan, tetapi juga untuk dimaknai dan dilanjutkan dengan kesadaran, rasa syukur, dan kebersamaan. (Wita)

 

Berita Terkait

Mengenal Tarian Minahasa Ditampilkan di Karnaval HUT RI ke-80 Pemdes Lampeji
Lomba Kreasi Tari Adat Papua ADEM di Bali, Rajut Kebersamaan Melalui Seni Budaya
Garda Kamtibmas Indonesia Kota Medan Rapat Perdana Membahas Situasi Kota Medan Semakin Mengerikan
Desa Patempuran Kalisat Masuk10 Terbaik “Ancak Agung” 2025 di Kabupaten Jember
Desa Plalangan Melestarikan Warisan Tradisi Nenek Moyang “Ancak Hasil Bumi” di Alun Alun Jember
Kirab Budaya Desa Sumber Kalong Menambah Semarak Even HUT Kemerdekaan RI ke 80
Lahir, Festifal Kampoeng Tempoe Doeloe di RT 22b RW 08 Desa Mendalan Wagir Kecamatan Wagir
Sony Rudiwiyanto Memberangkatkan Jalan Sehat Gelaran Katar Rodowo dalam Memperingati HUT RI ke 80th

Berita Terkait

Minggu, 5 Oktober 2025 - 20:06 WIB

Mengenal Tarian Minahasa Ditampilkan di Karnaval HUT RI ke-80 Pemdes Lampeji

Rabu, 1 Oktober 2025 - 18:01 WIB

Lomba Kreasi Tari Adat Papua ADEM di Bali, Rajut Kebersamaan Melalui Seni Budaya

Sabtu, 27 September 2025 - 22:53 WIB

Garda Kamtibmas Indonesia Kota Medan Rapat Perdana Membahas Situasi Kota Medan Semakin Mengerikan

Sabtu, 27 September 2025 - 09:24 WIB

Desa Patempuran Kalisat Masuk10 Terbaik “Ancak Agung” 2025 di Kabupaten Jember

Rabu, 24 September 2025 - 19:27 WIB

Desa Plalangan Melestarikan Warisan Tradisi Nenek Moyang “Ancak Hasil Bumi” di Alun Alun Jember

Sabtu, 20 September 2025 - 21:51 WIB

Kirab Budaya Desa Sumber Kalong Menambah Semarak Even HUT Kemerdekaan RI ke 80

Selasa, 16 September 2025 - 01:12 WIB

Lahir, Festifal Kampoeng Tempoe Doeloe di RT 22b RW 08 Desa Mendalan Wagir Kecamatan Wagir

Senin, 8 September 2025 - 09:36 WIB

Sony Rudiwiyanto Memberangkatkan Jalan Sehat Gelaran Katar Rodowo dalam Memperingati HUT RI ke 80th

Berita Terbaru