ANOM RANUARA Sebagai Pesulap dan pencipta Buku,” Tri Dasa Warsa.

ANOM RANUARA Sebagai Pesulap dan pencipta Buku," Tri Dasa Warsa.

Budaya51 Dilihat

Denpasar, Surya Indonesia.net – Ida Bagus Anom Ranuara tamat SGB (Sekolah Guru Bawah) Denpasar tahun 1960. Tetapi, ia tidak langsung diangkat menjadi guru. Berbeda dengan teman-temannya yang mendapat tunjangan ikatan dinas. Ia baru diangkat menjadi guru Sekolah Rakyat Blahkiuh 1 Agustus 1962. Sebelum itu ia menetap di Jalan Kartini, Denpasar. Saat di Denpasar itulah ia mengisi waktu belajar menjadi pesulap.

“Saya sangat tertarik menjadi pemain sulap. Saya yang bodoh ini menganggap pesulap-pesulap itu adalah orang-orang sakti. Saya ingin seperti mereka. Entah karena apa,” ungkap Ida Bagus Anom Ranuara dalam buku “Tri Dasa Warsa Teater Mini Badung” tulisan Jiwa Atmaja.

Anom membaca iklan di Suara Indonesia (sejak 1971 bernama Bali Post) tentang kursus sulap yang diadakan di Hotel Agung. Anom mendatangi hotel tersebut dan masuk ke kamar nomor 5 sesuai petunjuk dalam iklan. Kursus ini bersifat privasi atau perseorangan, Jadi, ketika itu hanya Anom sendiri yang berhadapan dengan sang guru sulap.
Guru sulap menyodorkan “daftar sulapan”. Ada 25 jenis sulapan tertulis di situ. Masing-masing sulapan ada tarifnya. Anom sangat tertarik pada semuanya tetapi tidak punya cukup uang. Ia membawa uang lima puluh ribu rupiah hanya cukup untuk lima jenis sulapan. Akhirnya Anom bisa mengetahui “rahasia” permainan lima sulap dalam waktu tidak lebih dari 15 menit.
Kelima sulap itu adalah : 1. Mengubah warna kartu; 2. Menyambung tali yang sudah diputus; 3. Menyambung kembali kertas yang telah dirobek: 4. Memasukkan kertas ke dalam mulut keluar jarum: 5. Menghilangkan silet dalam korek api.
Walau untuk mengetahui “rahasia” sulap itu hanya diperlukan waktu 15 menit, untuk “memahirkan”-nya diperlukan waktu berbulan-bulan sampai berani bedemonstrasi di depan umum.

Setelah Anom mendatangi Toko Buku Bali Mas, diketahui di situ ada beberapa buku sulap. Dibelinya satu buku. Dipelajarinya di rumah. Akhirnya dibeli tiga buku. Dari sekian banyak jenis sulap dalam buku itu hanya satu-dua yang bisa dipraktikkan. Sebab, hampir semua jenis sulapan itu harus dibantu alat-alat. Alat-alat itu tidak mudah didapatkan. Membuatnya, Anom tidak bisa.

Berbekal beberapa sulapan, Anom pentas perdana di balai banjarnya. Malam itu didemonstrasikan 10 nomor permainan. Respons penonton penuh decak kagum. Bahkan ketika ia mengawali pertunjukan dengan atraksi “makan beling” sebagian penonton perempuan berteriak-teriak.
Mungkin, mereka kagum, atau barangkali mereka takut. Anom merasakan pertunjukannya malam itu berlangsung sukses.

Anom menjadi buah bibir di masyarakat. Akhirnya ia “dicap” masyarakat sebagai orang “sakti”.

Bali, 19 April 2025.

( ags )