Memperingati HUT ke-66 GSNI, UNITRI & GSNI Gelar Bedah Buku “Merahnya Ajaran Bung Karno”

Serba-Serbi65 Dilihat

 

KOTA MALANG, SURYA INDONESIA, – Bekerjasama dengan Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) Malang, Pusat Studi dan Pengembangan Wawasan Kebangsaan (Pusdipwasbang) Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) menggelar Bedah Buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’. Acara yang digelar di GOR Unitri ini sekaligus untuk memperingati hari jadi GSNI ke-66 tahun, Sabtu (4/1/2025).

Kepala Pusdipwasbang Unitri, Agustinus Ghunu SE., M.MA., M.AP., menjelaskan, buku yang ditulis Airlangga Pribadi Kusman S.IP.,M.Si.,Ph.D, ini membahas tentang ajaran-ajaran Bung Karno yang dinilai masih relevan hingga sekarang.

Melalui acara bedah buku ini, diharapkan jangan sampai ajaran Bung Karno dan nasionalisme Pancasila pudar ditelan oleh waktu dan peradaban. Dimana Gen Z atau generasi muda saat ini sudah jarang tertarik membaca literatur.

“Karena itu kami bermaksud mengingatkan kembali bahwa ada tokoh bangsa dan proklamator kita, Bung Karno, yang mempunyai konsesus dan penggagas Pancasila. Sehingga terus kita gemakan dan lestarikan,” ujarnya.

Dikatakan Agus, sesudah dipaparkan oleh penulisnya langsung, buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ dibedah oleh Prof. Dr. Hariyono M.Pd (Rektor UM), AM Linggarjati SH (Sesepuh GSNI Malang), Cokro Wibowo Sumarsono M.AP., Sigit Pramono M.AP.

“Peserta dari berbagai kalangan baik dalam dan luar kota Malang secara online dan offline, alumni dan mahasiswa Unitri dari berbagai prodi. Serta mahasiswa Unitri yang mengambil mata kuliah wawasan kebangsaan, Pancasila dan Kewarganegaraan,” jelasnya.

Lebih lanjut, pembina Pusdipwasbang Unitri Malang, Prof. Ir. Wani Hadi Utomo P.hD., menilai, dasar pemikiran Bung Karno bukan hanya masif, tapi sangat relevan untuk menyelesaikan permasalahan di dalam negeri maupun di luar negeri.

Selama rezim orde baru, jangankan bicara Bung Karno, buka bukunya saja dilarang. Sehingga banyak generasi muda yang kurang paham tentang acara Bung Karno.

“Makanya kita ingin memberi pemahaman kepada adik-adik sekalian bahwa inilah cara menyelesaikan negara menurut Bung Karno. Sekali lagi bukan masih, tapi masih sangat-sangat relevan. Itu yang harus dipahami oleh generasi muda,” tuturnya.

Sementara itu, penulis buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’, Airlangga Pribadi Kusman S.IP., M.Si., Ph.D, mengatakan, selama 32 tahun di era Soeharto, ajaran Bung Karno dipendam.

Sehingga hanya mengenal Soekarno karismanya saja. Terus pesona saja, kemudian ada yang mengatakan spiritual kesaktiannya saja.

“Tapi sebetulnya yang paling penting itu bukan itu, mutiaranya itu adalah pengetahuannya. Karena pengetahuan beliau sejak era pergerakan melawan imperialisme, kolonialisme, sampai kemudian mengelola menjadi pemimpin. Itu kan kemudian yang menjadi dasar penggalian Pancasila itu,” urainya.

Menurutnya, pikiran Bung Karno itu relevan. Bahkan bisa jadi lebih relevan saat ini daripada saat Bung Karno hidup.

Dimulai dengan bagaimana melakukan koreksi terhadap persoalan kenegaraan saat ini. Baik dalam domestik ataupun luar negeri, itu dalam bingkai kacamata pemikiran Bung Karno.

“Buku ini merupakan hasil perenungannya panjang, karena saya baru sadar bahwa pikiran Bung Karno itu benar-benar tajam, konteksual dan mencerahkan. Itu pada saat saya S3 di Australia. Jadi, kira-kira hampir 10-11 bulan untuk menuliskan apa yang sudah saya gali itu tadi,” pungkasnya. ***)

 

Ppsted: suryaindonesia.net
Sumber:
https://reportasemalang.com/paparkan-pemikiran-soekarno-pusdipwasbang-unitri-dan-gsni-gelar-bedah-buku-merahnya-ajaran-bung-karno/